Monday, October 1, 2012

Color Theme (Reception)

picture from marthastewartweddings.com

Boleh dibilang penentuan color theme untuk wedding reception kami ini melalui proses cukup panjang, pake acara debat lamaaa banget sama Ibhe pula. Awalnya patokan saya, menghindari tema warna merah & gold atau maroon & gold. Kenapa? Karena ini warna paling common dalam tradisi perkawinan adat minang (yup, resepsi kami akan pakai adat minang walaupun gak full). Bukannya mau beda sendiri atau gimana, tapi bayangin aja, hampir setiap saya dateng ke pernikahan saudara saya (yang tentunya 90% adat minang karena ortu saya keduanya minang), pasti tema warnanya gak jauh-jauh dari nuansa merah atau gold, bosen kan.

Sampai akhirnya saya kepikiran untuk pakai warna grey & silver, karena pernah meragain bajunya Tex Saverio yang nuansa grey & silver dan langsung jatuh cinta sama salah satu baju yang diperagain model lain (dalam 1 line yang sama). Lagipula dalam menentukan tema warna wedding, harus dimulai dari warna baju pengantinnya dulu bukan? Pada saat itu pikiran saya kombinasi grey & silver itu belum lazim untuk pengantin minang, tapi tetep meriah dari kilatan silvernya (secara wedding minang harus heboh, namapun baralek gadang!), dan yang paling penting, bukan warna girly, as requested by Ibhe.


Sunday, September 30, 2012

The Wedding Plan Is On Again!

Hallo.. Lamaaaa sekali tak bersua ya, hihihi.
Bulan apa sih ini? Mau masuk Oktober? Ohh berarti tinggal satu bulan lebih dikit until the D-Day yaa..  Ooops.
Kemana aja saya? Ngilang? Terlalu sibuk jadi bridezilla sampai gak sempet mengupdate blog?
Atau jangan-jangan wedding plannya batal? *knock on wood*

So here's what actually happened:

Kalau kata orang-orang, harap sabar-sabar, jaga emosi dan jaga sikap ketika lagi mempersiapkan pernikahan, karena biasanya pada saat begini ini banyaaaak bener cobaannya yang bisa bikin (amit-amit) rencana pernikahannya sampai batal. Cerita-cerita soal pertengkaran antara CPP-CPW ketika lagi persiapan wedding emank banyak bener saya denger. Well this is so true.


Friday, March 16, 2012

The Caterer

Konon katanya, setelah calon pengantin melakukan booking gedung, vendor pertama yang harus dibooking secepatnya adalah catering. Jadi kalau di Patra Jasa, begitu kita bayar DP booking untuk Yudistira Ballroom akan dikasih yang namanya buku daftar vendor rekanan oleh Pak Dedy (contact person untuk Yudistira Ballroom). Berbekal nasehat di atas, ketika buku daftar vendor tersebut sampai di tangan yang langsung saya scan pertama adalah vendor catering rekanan.

Berbekal lumayan sering menghadiri resepsi temen-temen, juga berdasarkan pengalaman bantu-bantu ortu waktu ngurusin pernikahan abang-abang saya, gak sulit buat saya untuk men-shortlist daftar catering rekanan Patra Jasa yang sesuai dengan selera (pokoknya mau yang dekornya cantik dan rasanya enak). Dari sekitar 40an catering rekanan Patra Jasa, saya menshortlistnya jadi 2 aja (kejam memang, tapi ini demi menghindari kerempongan menghubungi sekian banyak kandidat, juga untuk mencegah kelamaan ambil keputusan mengingat saya terkadang indecisive). Kedua kandidat tersebut yaitu Dwi Tunggal Citra dan Bali Indah.

Wednesday, February 29, 2012

Venue Hunting

Perjalanan saya dan Ibhe dalam menentukan venue sama sekali gak ribet (apalagi Ibhe, tinggal ongkang-ongkang kaki di Boston, soalnya yang keliling liat venue di Jakarta ya saya doank). Pokoknya dari awal, saya udah nentuin kriteria yang harus dipenuhi venue kita nanti dan gak bisa ditawar-tawar, yaitu:
  1. Lantai harus berkarpet (karena saya paling gak sukaaa kalau kondangan di tempat yang lantainya gak dikarpetin trus ada air/makanan tumpah ke lantai, trus keinjek-injek sepatu orang, yang otomatis bikin lantainya keliatan kotor).
  2. Kapasitas 600 undangan alias 1200 orang (well, ini pesan sponsor dari Ayah sih sebenernya, saya sendiri pengennya bikin pesta kecil-kecilan aja yang isinya 50an tamu). 
  3. Untuk mencapai venuenya tidak diperlukan pindah-pindah lift.
Dari situ, saya bikin short list venue-venue yang masuk kriteria dan budget tentunya, yaitu Menara 165 (Granada Ballroom), Bidakara (Auditorium Binakarna) dan Patra Jasa (Yudistira Ballroom).

Thursday, February 16, 2012

The Date(s)

Sering gak sih kita baca di majalah-majalah macam Cosmopolitan gitu, the big don't for us girls in the beginning of relationship is bringing up the idea of marriage to your boyfriend. Tapi berhubung saya gak begitu peduli sama tips dari Cosmopolitan cs, I did it anyway. Jadi ceritanya, waktu jaman-jaman pdkt saya dan Ibhe udah sering khayal-khayal and wondering, bakalan kayak gimana ya kalo kita menikah? Mau punya anak berapa? Pas nikah pake kostum kayak apa? What kind of party we would throw? Trus kalo udah kayak gini pasti ujung-ujungnya ada yang nyeletuk becanda: "Ih, kamu ngajak aku kawin yah?" dan selalu saya jawab: "Idih, ge-er."

Soal tanggal, kita juga pernah bahas di kala pdkt itu. We are aware kalau di tahun 2012 itu ada beberapa 'tanggal cantik', salah satunya 10 November 2012 (baca: 10/11/12). Tapi di pikiran kita berdua saat itu, gak mau maksain nikah di tanggal cantik koq, di tanggal apapun jadi, yang penting sah sebagai pasutri. Walaupun ketika hari pertama kita berdua pacaran, the first question yang ditanya Ibhe ke saya adalah: "So, kita jadi nikah nih? Tanggal 10/11/12 nih?" (yah, itu kan tergantung ketersediaan gedung sayaaang).

Sunday, February 12, 2012

How It Began?

She's a model, he's a diplomat. How did they meet each other?

Ditambah lagi, kita berdua gak pernah satu sekolah atau satu almamater. Praktis pertanyaan ini sering muncul dari orang-orang di sekitar kita berdua. And the answer is.. Yup, kami adalah 'hasil karya' matchmaker.

Friday, February 10, 2012

This Is It

"If I get married, I want to be very married." - Audrey Hepburn

Yes, mbak Hepburn, I feel you. Saking merasa sependapatnya, quote terkenal dari Audrey Hepburn indang sampai saya post di list of my favorite quotes di Facebook. :p

Nggak jelas juga sebenernya apa yang membuat saya punya keinginan untuk being very married itu, bisa jadi karena dulu waktu kecil overdosis asupan fairytale Disney Princess, dimana formula ceritanya selalu mirip-mirip: datang seorang Prince Charming bin Perfect yang menyelamatkan sang Princess dari problematika kehidupannya (baca: nenek sihir jahat), lalu saling jatuh cinta, lalu menikah dan live happily ever after. Selese.

Of course, in real life, there's no such thing as fairy tale. I'm not a princess, he's not a prince, none of us is perfect, and the problems in our lives will keep on coming, one after another.. But yet, we decided to get together, and make that so-called 'once in a lifetime decision'. Bismillah, this is it.

Nahhh, karena getting married itu salah satu most anticipated phase dalam hidup saya, pengennya sih segala macam kisah di balik persiapannya terdokumentasi dengan baik. Jadilah blog ini dibuat, to capture every emotions, to record every preparations related to our wedding. Lucu kan kalo one day ketika udah jadi oma-oma dan baca blog ini lagi, dan teringat dengan segala kerempongan persiapan pernikahan? Atau syukur-syukur, blog ini bisa provide info dan jadi tempat sharing bagi bride-to-be's lainnya.. Either way, welcome to my blog! :)
 

Blog Template by BloggerCandy.com